Senin, 16 Juli 2007

Pengasingan Bung Karno, Berastagi 1948

PENGASINGAN BUNG KARNO,
BERASTAGI, TANAH KARO (1948)

Tak banyak diantara kita yang mengetahui Bung Karno pernah diasingkan di Berastagi. Mungkin bila menyebut pengasingan Bung Karno yang terlintas di benak kita adalah Ende, Flores dan Bengkulu. Bahkan kita pun akan menyebut Prapat. Padahal sebelum Bung Karno dan kawan-kawan dibawa ke daerah Prapat, sempat diasingkan di Berastagi.

Peresmian Monumen Bung Karno di Berastagi, kabupaten Karo, Sumatra Utara menjadi salah satu bagian penting dari Peringatan 104 Tahun Bung Karno.

Berastagi, di sekitar akhir tahun 1948 menjadi tempat pengasingan sementara Bung Karno, setelah beliau ditangkap di Gedung Agung bersama dengan beberapa pimpinan republik lainnya pada tanggal 22 Desember 1948, oleh pihak militer Belanda dalam agresinya yang ke dua.

Rumah beratap seng tempat Bung Karno tinggal itu seakan menjadi saksi bisu dalam guratan sejarah perjuangan rakyat Indonesia.

"Perjuangan rakyat di Tanah Karo sebelum dan sesudah Proklamasi 17-8-1945 sebagai bagian dari rakyat Indonesia yang SATU, adalah mempunyai ciri khusus. Seluruh rakyat, tua dan muda, pria dan wanita bangkit serentak memberikan dharmabakti untuk kemerdekaan Indonesia. Lima puluh tiga kampung di Tanah Karo habis dibumihanguskan dalam perjuangan; ratusan pemuda gugur di medan pertempuran yang terjadi beratus kali di berbagai pelosok, sekian ratus orang yang cacat menjadi saksi hidup sebagai laskar rakyat yang berjuang tanpa pamrih," tutur Tridah Bangun, wartawan senior dari Medan.

Di Tanah Karo selain unsure TNI, dikenal sejumlah Laskar Rakyat, seperti Napindo Halilintar, dan Barisan Harimau Liar. Mereka berasal dari rakyat yang hanya bermodalkan semangat dan keiklasan dalam berjuang.

"Karena itu tidak mengherankan kalau pada masa itu sebagian besar kampung di Tanah Karo mempunyai kuburan para pejuang, baik karena pertempuran di kawasan Medan Area, maupun pertempuran dari kampung ke kampung lain, ditambah jenazah pahlawan yang belum sempat dipindahkan dari bukit dan lembah," kata beliau.

Patung perunggu dengan posisi duduk berukuran postur tubuh 7 meter itu dipancangkan di bumi perjuangan, Tanah Karo, persis di depan rumah pengasingan Bung Karno. Patung tersebut dibuat oleh pematung Djoni Basri beserta tim pematung dan Sigit Lingga sebagai koordinator tim. Pembuatan patung tersebut melibatkan banyak orang, termasuk anggota keluarga Bung Karno, para pejuang dan saksi hidup, sejarawan dan segenap masyarakat yang pernah dekat dengan beliau. Model patung dikerjakan di Jakarta, kemudian dibawa ke Yogyakarta, dan setelah itu dibawa ke Berastagi.

Pembangunan Monumen tersebut adalah salah satu penegasan kembali akan garis perjuangan rakyat di Tanah Karo yang tak akan pernah pudar. Jiwa mereka selalu bersama Pemimpin Besar Rakyat Indonesia, Bung Karno.

Tidak ada komentar: